Tenun Troso Jepara |
Dalam beberapa tahun terakhir, pengusaha tenun troso
mengalami penurunan karena kurangnya bahan baku yang cukup dan
sulitnya memasarkan hasil produksi kain tenun mereka kepada publik. Berikut beberapa data yang diambil dari paguyuban pengusaha tenun troso tahun 2007 hingga 2010.
Jumlah
industri tenun troso dan jumlah tenaga kerja
Tahun
|
Jumlah
industri
|
Jumlah
tenaga kerja
|
2007
|
80
|
2400
|
2010
|
75
|
1200
|
Sumber : Data dari
pimpinan paguyuban pengusaha tenun troso
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sektor industri tenun troso maupun jumlah tenaga kerja di Jepara mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2007 peningkatan jumlah pengusaha tenun troso sangat pesat karena masih diberlakukanya keputusan Gubernur Jawa Tengah pegawai negeri sipil (PNS) memakai seragam tenun torso setiap hari kamis.
Tenun troso Jepara di hasilkan dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Tenun yang dihasilkan menggunakan ATBM
tentu mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada kain yang dihasilkan dengan
Alat Tenun Mesin (ATM). Hal tersebut dikarenakan pembuatan dengan menggunakan ATBM membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membuat sehelai
kain tenun troso sekitar 1-3 hari.
Minat masyarakat Jepara terhadap kain tenun troso masih
minim, sempitnya wilayah pemasaran dan kurangnya promosi sebagai salah satu penyebabnya.
Kain tenun troso tidak dijual dipasaran dan jarang dijumpai penjual kain troso
di pasar-pasar tradisional Jepara. Produk kain tenun troso bisa diperoleh ditempat
produksi yaitu di Desa Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Masyarakat
Jepara lebih memilih pakaian produksi luar Jepara seperti batik,lurik dan
lain-lain. Produk kain atau pakaian umum lebih mudah didapat di pasaran dan harganya
lebih murah dibandingkan dengan kain tenun troso.
Pengusaha tenun troso kurang mampu dalam pengelolaan
manajemen yang sering dianggap hal yang mudah, sehingga kekurangan modal sering
menghambat perkembangan usaha tenun troso karena menurut para pengusaha sistem
keuangan usaha dan rumah tangga masih menjadi satu, sehingga laba usaha sering dikonsumsi
dan tidak disalurkan untuk usaha. Pemasaran merupakan juga kendala yang
dihadapi pengusaha tenun troso karena jumlah produksi tergantung dengan pesanan
semakin banyak pesanan semakin banyak proses produksi.
Pengusaha tenun troso memerlukan modal yang cukup, tenaga
kerja terampil, bahan baku cukup tersedia untuk menjamin kemajuan usaha serta menjamin
persediaan barang. Penghambat perkembangan tenun troso disebabkan oleh adanya
faktor-faktor produksi yang kurang mencukupi untuk kebutuhan proses pembuatan
tenun troso.
Lokasi tempat usaha industri tenun troso merupakan suatu
bentuk industry pedesaan, masyarakat desa tidak hanya sebagai buruh atau
karyawan tetapi berperan juga sebagai pengusaha. Umumnya usaha dalam skala
kecil yaitu suatu bentuk dari ekonomi pedesaan. Kegiatan ekonomi pedesaan
tergantung dari sumber daya yang ada disekitar, khususnya sumber tenaga kerja.
Menggunakan teknologi yang sederhana, umumnya pengusaha industri pedesaan tidak
hanya penghasil barang, sebagai pedagang yang memasarkan hasil produksi.
Sebelumnya : Artikel Lengkap Tentang Tenun Troso Jepara (Bag 1)